Laman

Kamis, 01 November 2012

You


Setiap orang memiliki seseorang yang tersembunyi di dasar hati, dan ketika kita berpikir tentang dia, kita akan merasa seperti, mersa sedikit sakit di dalam. Tapi kita masih ingin mempertahankan orang tersebut. Walaupun, aku tidak tau dimana dia sekarang, apa yang sedang dia lakukan. Tapi, dialah yang mengajarkanku ini, emm... Hal-hal gila! Mungkin yang disebut cinta.
“I dont understand why it must be you to be the one in my heart
I have met many people but it must be you eventually who are in my heart
Love, is not a coincidence.. Love, can connect you with me.
There’s only the heart that knows who is the one in my dream
Ypu’re the one that i’ve been waiting
Because the heart is begging, cause the heart is calling for
Born tobe your’s forever
Its because my heart never confused, its certain that you are the only one
There are not many reasons, its just because my heart chooses you!”

Kamis, 18 Oktober 2012

Sendiri


Dimana orangtuaku?  Dimana adik-adikku?
Dimana sahabat-sahabatku? Dimana orang-orang yang menyayangi aku?
Mengapa aku sendiri?  Mengapa aku selalu sendiri?
Mengapa aku selalu ditinggalkan? Kemana mereka semua???
Meringkuk dibalik sehelai kain tipis. Ma, Pa, aku kedinginan.
Adik-adikku, kalian dimana???
Sahabatku, aku ingin didekatmu.
Mengapa semua menghilang? Mengapa semua berubah?
Ma, ajari aku bagaimana caranya ikhlas. Agar air mata ini tak menjadi sia-sia ketika jatuh..

Rabu, 25 Juli 2012

Peri Hitam


Masa yang silam berganti-ganti pasangan silih sulur
Melintas, membersit, melewatiawan abu-abu kelam
Hiasannya menghentak keras tanpa bermaksud menyakiti
Namun peri hitam itu tetap terluka...
Darahnya terburai melayang memenuhi sudut-sudut rumah
Semburat kemerahan menyatu dengan cahaya sore
Teriakannya  memekakan telinga.
Hingga kalimat-kalimat serpihan berkelana sampai penjuru langit
Nalurinya mengatakan bahwa masih ada masahendak lewat
Namun nafasnya memberat, menolak tawaran takdir.
Lelah oleh kunang-kunang yang senantiasa menyerang tanpa mengenal belas kasihan
Ruang sempit yang tersisa terasa makin menghimpit
Peri hitam berteriak putus asa (Sudahlah!) ratapnya (Hentikan!) jeritnya (Bunuh saja aku!)
Peri hitam butuh pertolongan
Sayangnya dia tak pernah meminta
Karena dia tahu, tak akan ada yang memberi..

Rabu, 27 Juni 2012

Kutemukan Diriku Disini


Awan biru masih menyelimuti langit subuh di bulan ramadhan kala itu. Aku memeriksa kembali atribut dan barang bawaanku. Kerudung putih, kemeja putih, rok hitam polos, nametag, buku catatan, tas gendong hitam. Yeah, semuanya sudah siap. Hari pertama MOKA-KU.  Aku tidak sabar, menjadi mahasiswa baru, bertemu teman-teman baru yang nantinya akan menjadi keluargaku. Seakan tidak ingin ketinggalan kereta, aku berangkat pagi-pagi sekali.
Teringat kembali ketika Bapak membuka pengumuman SNMPTN “ASRI LESTARI DEKANIS – UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS TASIKMALAYA”. Air muka Bapak seketika berubah. Kecemasan itu hilang berganti dengan kebahagiaan. Bapak menatapku dengan bangga. Akhirnya setelah bertahun-tahun aku mengalami kegagalan untuk diterima di SMP dan SMA favorit, kini aku diterima di perguruan tinggi negeri. Senyuman kebahagiaan dan kebanggaan dari kedua orangtuaku itu telah lama ku nantikan.
Inilah pintu gerbang kampusku, pintu gerbangku memulai segalanya. Begitu semangatnya aku menyambut gelar baru yang akan ku kenakan selama kurang lebih empat tahun kedepan ini. Semangat ini tidak pudar sampai hari terakhir MOKA-KU. Sampai saatnya tiba, para mentor membagikan jaster. Kini, aku sama dengan kakak-kakak mentor itu, menggunakan jaster yang sama. Jaster yang kebesaran ini terasa sesak. Saat ku menggunakan jaster ini, disinilah awal perjuangan, disinilah amanah baru yang akan kita emban. Sebentar lagi semuanya akan dimulai kawan!
“...Demi mempersembahkan jiwa dan raga untuk negeri tercinta. Untuk negeri tercinta..”
Aku menarik nafas panjang. Kini aku mahasiswa. Maha! Lantas, langkah awal apa yang harus ku lakukan sebagai mahasiswa? Apa yang harus ku lakukan? Ada dua pilihan: aktivis atau “mahasiswa saja”.
Akhirnya aku mengikuti semua program yang mesti diikuti oleh semua tingkat satu. Seperti DIKSARUP (pendidikan dasar upacara), DIKSARKOP (pendidikan dasar koperasi),  dan akhirnya program TUTORIAL. Aku tidak mengerti, tutorial? UKM-kah? BSO-kah? Komunitas-kah? Atau semacam organisasi internal kampus? Program ini harus ku ikuti sampai 10 minggu kedepan. Bayangkan! Selama 10 minggu setiap hari Jumat aku harus pergi ke kampus. Seharusnya ini hari libur. Yah, mau bagaimana lagi? Akhirnya aku mengikuti program ini sampai tamat.
Pertama, tutorial mengadakan pre-test. Setiap soalnya menanyakan hal-hal keagamaan. Karena aku bukan berasal dari pesantren, soal-soal ini cukup njelimet untukku. Dengan alakadarnya aku menjawab soal-soal tersebut. Tahap selanjutnya test membaca Al-Quran plus dengan tajwidnya. Untuk test ini aku sudah sedikit mempersiapkan malamnya. Walaupun bacaan Quran ku masih patah-patah L.
Ingatanku kembali pada masa itu, ketika aku SMP dan SMA. Mata pelajaran Agama Islam hanya 2 jam dalam seminggu. Setiap pelajaran Agama, hanya disuruh untuk mengerjakan soal-soal LKS. Sedikit sekali ilmu Agama yang ku dapat. Dan dengan adanya program tutorial ini, tentu saja aku merasa sedikit keteteran.
***
Hari pertama tutorial, aku tidak ikut. Maag-ku kambuh. Padahal aku penasaran sekali apa yang akan dilakukan ditutorial ini. Minggu depannya badanku sudah fit kembali. Aku siap mengikuti tutorial hari ini.
Setelah mendengarkan ceramah, kami mahasiswa dan mahasiswi tingkat 1 melakukan mentoring bersama mentor masing-masing.  Kegiatan mentoring kala itu dimulai dengan aku memperkenalkan diriku. Karena hanya aku yang tidak hadir pada mentoring minggu kemarin. Selanjutnya membaca Al-Quran. Aku selalu gugup bila membaca Quran didepan oranglain. Mungkin karena aku tidak terlalu fasih membacanya. Tapi dengan lembut dan kesabaran hati, teteh mentorku terus membimbingku membaca Quran. Mentorku bernama Yeyen. Kami biasa memanggilnya Teh Yeyen. Sifatnya yang hangat dan ramah pada siapapun membuatku nyaman lama-lama bersamanya. Banyak sekali yang ku pelajari darinya.
Akhirnya berminggu-minggu tak terasa telah ku lewati. Entah kenapa setiap kali selesai mentoring aku merasa tenang. Aku merasa telah menemukan sesuatu yang lama ku cari, entah apa itu. aku selalu merasa senang bila berada diantara sahabat-sahabat mentoringku. Dulu sebelum aku mengenal tutorial dan mentoring ini, aku begitu pesimis. Aku sangat sulit menghafal, apa lagi kalimat-kalimat panjang. Aku hampir menyerah untuk menghafal surat-surat yang akan di test setiap minggunya, ditambah lagi bacaan Quran ku yang masih terbata-bata. Inilah keistimewaan sahabat-sahabat dikelompok mentoringku. Mereka terus membakar semangatku. Terutama teteh mentorku, ketulusan dan kelembutan hatinya membuatku terbangun dari tidur panjangku. Akhirnya aku menghafal surat-surat itu dengan menuliskan huruf latinnya di secarik kertas. Dan kertas itu ku bawa kemanapun aku pergi.
Hari-hari terakhir mentoring kami mahasiswa-mahasiswi tingkat satu diberi sebuah formulir untuk mengikuti binder (bina kader). “Ikut gak yaa?????” pertanyaan itu yang kerap kali muncul dalam pikiranku. Banyak hal yang ku pertimbangkan. Apa kata orang bila tiba-tiba aku pulang ke Bogor menggunakan jilbab lebar, baju panjang atau gamis, atau kemana-mana selalu menggunakan rok. Bayangkan saja! Asri si anak gaul, merantau ke Tasik beberapa bulan, ketika pulang ke Bogor menggunakan busana yang nyantri banget. Aku bisa dikira terlibat NII! Pertanyaan-pertanyaan, kemungkinan-kemungkinan yang akan diucapkan oleh oranglain kepadaku, arghh!!!!!!!!!!! Semuanya mengganggu otakku. Akhirnya ku putuskan untuk menelpon orangtuaku di Bogor sana.
Perlahan ku cari nomor handphone Mama dalam daftar buku telepon. Nuutt.. nutttt... agak lama akhirnya telpon pun diangkat.
“Kenapa, Ci?” tanya seseorang di seberang telepon. (Cici adalah panggilan masa kecilku).
“Assalamualaikum, Mah” jawabku.
“Ya, waalaikumsalam.”
“Ma, cici boleh ikut Binder?”
“Hah? Binder? Apaan tuh?” jawabnya.
“Bina kader tutorial Mah. Yang waktu itu pernah diceritain, tentang keagamaan-keagamaan ituloh.”
“Apaan agama-agama? Jangan ah! Nanti ikutan ilmu-ilmu kayak NII kayak gitu. Gak usah!” kali ini yang bicara Bapakku.
“Insyaallah enggak lah Pak. Ini kan program internal kampus, kakak-kakak nya juga baik-baik kok.” Jawabku.
“Nah, justru itu kamu harus hati-hati!”
“Tapi kan, Pak......”
Nutt... nut... nuttttt.... telepon terputus.
Loh? Kenapa kesannya aku kayak yang kepingin banget ikut ya? Padahal aku sendiri masih galau. Banyak sekali hal yang harus dipertimbangkan. Hari berikutnya aku kembali menelpon orangtuaku dan ku jelaskan bagaimana tutorial. Akhirnya Mamah dan Bapak pun setuju dengan syarat aku harus hati-hati. Dan aku memutuskan untuk mengikuti binder. Masalah “Apa kata orang” peduli apa oranglain? Toh akulah yang lebih mengenal diriku sendiri.
          Program tutorial pun berakhir. Ingatan ku kembali pada sepuluh minggu kebelakang. Sepuluh minggu kebelakang aku merasa tutorial telah merampas hari liburku. Aku merasa sulit menghafal surat-surat. Bacaan Quran ku kacau balau. Sepuluh minggu kebelakang, aku tidak mengerti apa-apa tentang agamaku. Sepuluh minggu itu telah berakhir sudah. Kini hari jumat berkah ini aku dirumah saja, melakukan hal yang biasa saja. Semuanya terasa kosong. Tanpa ku sadari aku merindukannya. Aku merindukan tutorial, aku rindu mentoring.
          Binder 2012 ini berlangsung selama tiga hari dua malam, bertempat di Cirando. Akhirnya kerinduanku terbayarkan. Ternyata tidak hanya handphone saja yang butuh dicharge, hati kita juga kawan! Percayalah!
“.....dan jika didunia ini hanya ada satu orang yang menyibukkan dirinya untuk kepentingan dakwah, maka satu diantaranya itu adalah Aku! Allohuakbar!”
Sepenggal ikrar yang aku dan sahabat-sahabatku ucapkan. Begitu menyentuh hatiku. Hatiku yang paliing dalam. Subhanallah! Langit cirando kala itupun menjadi saksi. Hujan turun begitu derasnya, pertanda Allah memberkahi kita semua, acara ini, tutorial, dakwah ini, terutama aku. Aku yang memutuskan diri untuk menyibukkan diriku untuk kepentingan dakwah. Untuk meneruskan perjuangan motivator terbesarku, pahlawanku, pemimpin semua ummat, baginda kita, nabi kita Muhammad SAW, kekasih Allah. Subhanalloh, terimakasih Ya Allah engkau telah menggiringku kembali menuju jalan-Mu.
***