Bunda, sejak adinda berada di rantau, adinda selalu cemas, gelisah tak menentu. Dulu, rasanya sangat ingin aku pergi menuntut ilmu ke tempat yang lebih jauh dari sekarang ini. Mungkin itu sisi lain dari jiwa muda adinda yang begitu dingin dan egois. Begitu dinda berada disini dinda disibukkan oleh tugas-tugas kampus yang segudang. Dinda sangat sibuk, sampai-sampai dinda tidak ada waktu untuk bunda. Jangankan mengunjungi bunda dan ayah disana, untuk sekedar menelpon pun aku tidak ada waktu. Beruntungnya aku, disini aku berkawankan dengan teman-teman yang sangat kental dengan agama. Disini dinda selalu salat tepat waktu. Dan hanya dalam ke lima waktuku itu aku memiliki kesempatan yg sangat besar untuk mendoakan bunda dan yanda. Dalam sujudku itu aku tidak melupakanmu bunda.
Bunda, disini makin hari aku makin merasa sepi, hari-hariku kosong. Tidak seperti dulu, saat aku masih berada ditengah-tengah hangatnya keluarga kecil kita. Senda gurau kita, saat kita tertawa bersama, mungkin itu yang sedang aku butuhkan sekarang. Ya, kehangatan yg telah lama tak kurasakan itu. Bunda, pepatah-pepatah dan nasihatmu, dulu selalu aku menganggapnya sesuatu yang sepele. Tak jarang aku kesal dan berkata ‘bawel’, sering sekali aku tak menghiraukanmu bunda. Namun sekarang ini, semenjak aku dirantau, nasihat dan petuahmu selalu hadir dalam ingatanku. Bagaimana bisa? Padahal aku dulu selalu menyepelekannya. Bunda, sungguh kekuatan cintamu begitu besar.
Bunda, tinggal jauh darimu makin membuatku sadar. Maafkan aku bunda, aku selalu menyakitimu. Bunda, kini, disaat aku menyendiri seperti ini, rasanya sepi ini semakin mencekam, dinda rindu bunda. Dinda sangat rindu. Beberapa bulan yang lalu, sebelum dinda pergi, dinda merasakan kerisauan dalam hati bunda. Satu malam beberapa hari dinda akan pergi, bunda selalu menyelimutiku, membelaiku, berdoa untukku, dan mengucapkan nasihat-nasihat, seakan-akan aku mendengar semuanya. Ternyata, bunda tidak hanya melakukan sekali, bahkan bunda melakukan kegiatan ini rutin sampai aku benar-benar pergi merantau.
Bunda, dinda sangat rindu mencium tangan bunda ketika hendak pergi sekolah. Dinda sangat rindu dengan nasihat-nasihat bunda. Dinda rindu...
Bunda, kini dinda tidak dapat melihatmu setiap hari, dinda tidak tahu bagaimana sekarang perkembangan kesehatanmu. Bunda, apakah disana kau makin kurus? Atau kau makin gemuk? Ataukah makin banyak kerut di wajahmu? Bagaimanapun bunda sekarang, aku yakin bunda adalah wanita tercantiiiiiiik dan berhati mulia sepanjang hidup...
Bunda, sesungguhnya dinda sangat menyesal dan sangat merindukan masa-masa indah bersama bunda. Dinda menyesal telah menyia-nyiakannya. Sebelum semuanya terlambat, dinda akan memberikan segala yang terbaik, hanya untuk bunda, untuk yanda juga tentunya, terutama adik-adikku. Bunda, dinda tidak bisa melakukan apa-apa selain berusaha, bermunajat kepadaNya, dan menyerahkan kembali semua urusanku dan keluarga kita kembali kepadaNya.
Dalam lima waktuku yang singkat, selalu ku selipkan doaku untuk orang-orang tercintaku.. bunda, yanda, dan adik-adiku... disini dinda akan berusaha, dan berkat doa bunda dan yanda, dinda masih dan akan selalu bertahan, dinda akan berjuang, akan dinda kembalikan posisi roda yg semulanya berada di atas...
Bundaku, takkan habis kata-kata untuk melukiskan ke elokan hatimu... Ini hanya sebagian kecil saja dari milyaran kata-kata itu. Saat ini, Sesungguhnya dinda tidak dapat membendung air mata ini... bunda, Dinda janji! Dinda akan berusaha! Doakan terus anakmu disini Bunda. Aku sangat rindu dan menyayangimu.
Malaikat Bunda yg Mulai Tumbuh Dewasa^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar